Rabu, 31 Juli 2019

LABORATORIUM FARMAKOLOGI II AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


                                                         LABORATORIUM FARMAKOLOGI II

                                                         AKADEMI FARMASI SANDI KARSA
                                                                            MAKASSAR

                                                                         PERCOBAAN III
                                                                        "ANTI HISTAMIN"





                     OLEH :
KELOMPOK VI (ENAM)
KELAS II.B
FARMA                       NIM : F-17073
RESTI                          NIM : F-17085
MELATI                       NIM : F-17092
NURMALASARI          NIM : F-17083
NUR RAHMI                NIM : F-17060
SUCI RAMADHANI     NIM : F-17087

                                                      AKADEMI FARMASI SANDI KARSA
                                                                            MAKASSAR
                                                                                   2018







BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari efek-efek dari senyawa kimia pada jaringan hidup (Lee, joycel. 1996).
Antihistamin adalah obat yang mengatakan histamin pada reseptor H1 sehingga disebut juga antagonis reseptor H1. Secara farmakologis, antihistamin dikatakan bekerja secara antagonis kompetitif yang reversible pada reseptor H1 sehingga dapat menghambat kerja stamin pada reseptor tersebut, tetapi tidak membeli pelepasan histamin (Staf pengajar Departemen farmakologi. 2008).
Antihistamin atau penghambat H1, bersaing dengan histamin untuk menduduki reseptor, sehingga menghambat respon histamin. Penghambat H1 disebut juga antagonis histamin. Ada dua tipe reseptor histamin, H1 dan H2, keduanya menyebabkan Respon yang berbeda. Bila H1 dirangsang, otot-otot yang melapisi rongga hidung, akan berkontraksi. Pada perangsang H2, terjadi peningkatan sekresi gastrik, yang menyebabkan terjadinya tukak lambung (Lee, Joyce L. 1996).
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan Farmasi yaitu ilmu mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan, dan menyediakan obat ( farmakologi dan terapi. 2016).









B. Maksud, Tujuan, dan prinsip prinsip percobaan
1. Maksud percobaan
               Untuk mengetahui dan memahami efek pemberian obat antihistamin pada      
    hewan percobaan mencit (Mus musculus).
2. Tujuan percobaan
     a. Mengetahui efek dari pemberian obat antihistamin
     b. Mengetahui efek dari pemberian infusa daun jambu biji sebagai obat herbal
          antihistamin.
3. Prinsip percobaan
              Membuat suspensi obat Cetirizine dan na CMC sebagai kontrol positif dan
    infusa daun jambu biji dengan pemberian secara oral pada hewan uji mencit yang
    telah di induksi dan diamati efek antihistaminnya.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Ringkas
             Antihistamin adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang berlebihan di dalam tubuh, dengan jalan memblok reseptornya. Atas dasar jenis reseptor histamin, dibedakan 2 macam antihistaminika, yaitu :
1. Antihistaminika H1 (H1 blocker)
Zat ini menekan reseptor H1 dengan efek terhadap penciutan bronchi, usus dan uterus, terhadap ujung saraf dan untuk sebagian terhadap sistem pembuluh darah (vasodilatasi dan naiknya permeabilitas). Kebanyakan antihistamin termasuk kelompok ini.
Selain daya antihistaminika, obat-obat Ini kebanyakan memiliki khasiat lain yaitu antikolinergik, menekan dan beberapa di antaranya antiserotonin dan lokal anestesi. Berdasarkan efek tersebut, berdasarkan efek tersebut anti stiami nikah ini banyak digunakan untuk mengatasi bermacam-macam gangguan, antara lain asma yang bersifat alergi (Tim MGMP Pati. 2015).
2. Antihistaminika H2 (H2 blocker)
         Menekan reseptor H2 dengan Efi terhadap hipersekresi asam klorida dan untuk sebagian terhadap vasodilatasi dan turunannya tekanan darah. Obat yang termasuk golongan ini adalah Simetidin dan Ranitidin.



a. Penggolongan Antihistamin
         Menurut struktur kimianya antihistaminika dapat dibagi dalam beberapa kelompok :
1. Turunan etanol amin (X=O)
     Meliputi difenhidramin, dimenhidrinat, klorphenoksamin, carbinoxamin dan
     phenyltoloxamine. Kelompok ini memiliki daya kerja seperti atropin dan bekerja
     terhadap SSP (sedative).
2. Turunan etilendiamin (X=N)
     Di antaranya antazolin, tripelamin, klemizol dan Mepirin. Kelompok ini umumnya
     memiliki daya sedatif lemah.
3. Turunan propilamin (X=C)
     Diantaranya pheniramine, chlorpheniramine, brompheniramine dan triprolidine.
     Kelompok ini memiliki daya antihistaminika kuat.
4. Turunan piperazin
     Meliputi siklizin, meklozin, homoklorsiklizin, sinarizin, flunarizine, umumnya
     bersifat long acting.
5. Turunan Fenotizin
     Meliputi promethazine, Tuazinamidum, oxomemazine, Metdilazin. Efek antihistamin dan antikolinergik tidak begitu kuat, berdaya neuroleptik kuat sehingga digunakan pada keadaan psikologis karena juga berefek meredakan batuk, maka sering digunakan dalam obat batuk (TIM MGMP Pati. 2015).


6. Turunan trisiklik lainnya
     Meliputi siproheptadin, Azatadin, pizotofen. Mempunyai daya antiserotonin kuat      
     dan menstimulir nafsu makan, maka banyak digunakan untuk stimulan nafsu  
     makan.
7. Zat-zat non sedatif
     Yaitu terfenadin dan astemizol. Memiliki daya antihistaminika tanpa efek
     sedative.
8. Golongan sisa
     Yaitu mebhydroline, dimetinden, difenilpiralin (TIM MGMP Pati. 2015).










B. Uraian Bahan
     1. Air suling (FI edisi III hal 96)
         Nama resmi       : AQUA DESTILLATA
         Nama lain           : Aquades, air suling
         Rumus molekul : H2O
         Berat molekul    : 18,02
         Pemerian           : cairan jernih ; tidak berwarna ; tidak berbau ; tidak mempunyai
                                       rasa.
        Penyimpan         : Dalam wadah tertutup baik
        Kegunaan           : Pelarut

     2. Natrium Klorida (FI edisi III hal 403)
         Nama resmi       : NATRII CHLORIDUM
         Nama lain           : Natrium klorida
         Rumus molekul : NaCl
         Berat molekul    : 58,43
         Pemerian           : Hablur hexahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih ; tidak
                                       berbau rasa asin.
        Penyimpan         : Dalam wadah tertutup baik
        Kegunaan           : Penginduksi
C. Uraian Sampel
     1. Klasifikasi tanaman jambu biji
         Kingdom       : Plantae
         Divisi             : Spermatophyta
         Sub divisi     : Angiospermae
         Kelas            : Magrolioptida
         Ordo             : Myrtales
         Famili           : Myetaceae
         Genus          : Psidium
         Spesies       : Psidium guajava L.

Morfologi :
         Tumbuhan berbatang keras/kayu warna coklat muda, dikotom, daun bertangkai, bertulang daun menyirip, berbuah dengan kulit buah dan daging buah berwarna/putih. Biji buah kecil-kecil ( Sutrisna, EM. 2016)

2. Cetirizine
    Indikasi              : Meredakan gejala rhinitis alergi
    Kontra indikasi : Hipersensitivitas
    Dosis                 : Dewasa dan usia 12 tahun keatas : 1 tablet 1 kali sehari (ISO.2017).


D. Uraian hewan uji
    Klasifikasi mencit ( Mus musculus)
         Phylum          : Chirdata
         Sub phylum  : Vertebrata
         Class             : Mammalia
         Ordo              : Rodentia
         Famili            : Muridae
         Genus           : Mus
         Spesies        : Mus musculus

Morfologi :
         Mencit (Mus musculus L.) Memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil, berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4 sampai 5 hari. Kondisi ruang untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus L.) Harus senantiasa bersih, kering dan jauh dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga kelestariannya antara 18-19°C serta kelembaban udara antara 30-70% (Akbar, budhi. 2010).







BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan
    1. Alat yang digunakan
        Alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, gelas kimia, gunting, kanula, penangas air, spoit, stopwatch dan timbangan.
   2. Bahan yang digunakan
        Bahan yang digunakan yaitu aquades (H2O), Cetirizine (C12H27C13N2O3), infusa daun jambu biji (psidium guajava), methylene blue, natrium klorida (NaCl), dan ovalbumin (putih telur).












B. Cara kerja
    1. Di siapkan alat dan bahan
    2. Dilakukan perlakuan pada hewan uji
    3. Dibuat infusa daun jambu biji 80% dan suspensi obat dengan na CMC 1%.
    4. Mencet disuntik dengan oral bumi sebanyak 0,05 mili sebagai penginduksi
ditambahkan NaCl.
   5. Disuntikkan metilen blue sebanyak 0,2 ml pada masing-masing mencit.
   6. Diberikan secara oral sampel obat, NaCl dan infusa daun jambu biji kepada masing-
       masing mencit.
   7. Diamati dengan interval waktu 5 menit selama 15 menit.
   8. Dicatat hasil pengamatan.









BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel hasil pengamatan
No.
Pengujian
Berat mencit
Waktu pengamatan
5 menit
10 menit
15 menit
1.
CMC 1% kontrol negatif
28,07 gram
Biru ringan
Biru terang
Biru gelap
2.
Infusa daun jambu biji 80%
29,81 gram
Berwarna biru terang
Sedikit berwarna biru
Sedikit berwarna biru
3.
Cetirizine kontrol positif
27,80 gram
Biru gelap
Biru terang
Tidak berwarna








BAB V
PEMBAHASAN

       Histamin dan serotonin didapatkan pada banyak jaringan, memiliki efek fisiologis dan patologis yang kompleks melalui berbagai tipe reseptor, dan seringkali dilepaskan setempat. Histamin bekerja dengan menduduki reseptor tertentu pada sel yang terdapat pada permukaan membran.
Antihistamin adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang berlebihan di dalam tubuh dengan jalan memblok reseptornya.
Dalam praktikum pertama-tama dibuat infusa daun jambu biji sebagai kontrol menggunakan penangas air, danina sensi 1 gram yang dilarutkan dalam 100 mili air panas serta suspensi obat cetirizin yang dihitung konversinya terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan perlakuan pada hewan uji mencit, setelah dilakukan perlakuan disuntikkan 0,05 ml putih telur + NaCl pada subkutan untuk induksi pada masing-masing mencit. Mencit 1 sebagai kontrol negatif, mencet2 sebagai kontrol positif (obat), dan mencit 3 sebagai kontrol untuk tanaman herba, setelah diinduksi masing-masing diberikan metilen blue sebanyak 0,2 ml pada masing-masing menjadi berikan interval waktu selama 5 menit dan diberikan secara oral sampel obat, Na CMC dan infusa daun jambu biji. Diamati selama 15 menit.
Tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui efek antihistamin yang diberikan pada hewan uji, setelah diberikan penginduksi yang bertujuan untuk memberikan alergi pada hewan uji tersebut juga disusul dengan memberikan antihistamin untuk memiliki efek antihistamin tersebut pada hewan uji mencit.


Pada mencit 1 (kontrol negatif) diberikan NaCl 1% pada 5 menit tubuh mencit berwarna biru terang berarti alergi ringan selanjutnya pada menit 10 alergi masih ringan pada menit 15 berubah menjadi biru gelap alergi Barat atau semakin parah dan tidak mengandung antihistamin. Jadi alergi yang terjadi pada meja semakin parah.
Pada mencit 2 (kontrol positif) diberikan antihistamin Cetirizine pada 5 menit berwarna biru gelap yang berat alergi berat atau parah pada 10 menit biru terang alergi semakin ringan dan pada 15 menit tidak berwarna artinya sudut tidak mengalami alergi pada sampel obat-obatan sistem ini sangat bagus karena pada dasarnya mengandung vitamin AH1 sebagai anti alergi.
Pada mencit 3 (infusa daun jambu biji) diberikan kepada mencit pada waktu 5 menit warna biru terang alergi ringan dan pada menit 10 sedikit warna biru alergi ringan begitupun pada menit 15, sampel infused tidak memiliki efek yang baik karena seperti yang telah kita ketahui dalam satu tanaman herba banyak metabolisme sekunder zat aktif yang terkandung di dalamnya, tidak seperti obat kimia pada umumnya yang hanya memiliki satu zat aktif didalamnya.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum yaitu :
1. Adanya kesalahan pada saat penimbangan bahan
2. Bahan yang digunakan sudah kadaluarsa
3. Alat yang digunakan tidak bersih
4. Adanya kontaminasiadanya kontaminasi




BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
             Dalam praktikum dapat disimpulkan bahwa sampel obat memiliki efek antihistamin yang baik, pada hewan uji mencit dibandingkan dengan infusa daun jambu biji dari na-cmc hal ini dikarenakan sampai obat tetes memiliki zat antihistamin dan infusa memiliki banyak zat yang terkandung di dalamnya dan bukan hanya satuan vitamin saja. Hal ini yang menyebabkan infusa daun jambu biji tidak begitu efektif dan pada Na CMC tidak memiliki efek antihistamin sama sekali.

B. Saran
              Bimbingan dari instruktur labolatorium masih sangat dibutuhkan, agar dalam praktikum kesalahan dapat dihindari.








DAFTAR PUSTAKA

Akbar Budi. 2010. Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif yang berpotensi   
          sebagai bahan antifertilitas. Jakarta : adabia press.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Dirjen POM
Gun Gunawan Sulistia. 2016. Farmakologi dan terapeutik. Jakarta : Universitas
         Indonesia.
Hoan Tjay, Tan dan Kirana rahardja. 2007. Obat-obat penting. Jakarta : PT Elex Media
         komputindo.
Kasim Fauzi. 2017. ISO. Jakarta : PT. ISFI
Lee, joycel L. 1996. Pendekatan proses keperawatan. Jakarta : EGC.
Michael Jackson. Neal. 2006. Farmakologi medis. Jakarta : Erlangga.
Staf pengajar Departemen farmakologi. 2008. Farmakologi. Jakarta : EGC.
Sutrisna, EM. 2016. Herbal medicine. Surakarta : Muhammadiyah University press.
Tim MGMP Pati. 2015. Farmakologi jilid III. Yogyakarta : Dee publish.





SKEMA KERJA

Di siapkan alat dan bahan
.
Dilakukan perlakuan pada hewan uji
 

Dibuat infusa daun jambu biji 80% dan suspensi obat dengan Na CMC 1%
 

Mencet disuntik dengan albumin sebanyak 0,05 ml sebagai penginduksi ditambahkan NaCl
 

Disuntikkan methylene blue sebanyak 0,2 ml pada masing-masing mencit
 

Diberikan secara oral sampel obat, Na CMC dan infusa daun jambu biji kepada masing-masing mencit.
 

Diamati dengan interval waktu 5 menit selama 15 menit
 

Dicatat hasil pengamatan