Jumat, 04 Januari 2019

"PEMERIAN SECARA PARENTERAL"

LABORATORIUM FARMAKOLOGI 1
AKADEMI FARMASI SANDI KARSA
MAKASSAR
         

 PERCOBAAN II
             
 "PEMERIAN SECARA PARENTERAL"






                     OLEH:


                NAMA KELOMPOK   
                  
         FARMA DAN MAYA ASTUTI
            
                                       
KELAS                                               : II.B
INSTRUKTUR LAB                          : FADHLI HAFID, Amd. Farm.
HARI/TANGGAL PERCOBAAN     : KAMIS/13 Desember 2018





AKADEMI FARMASI SANDI KARSA
MAKASSAR
2018







BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati  mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan (Gunawan, sulistia Gan. 2016).
Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik Sifat kimiawi maupun Fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasibnya dalam organisme hidup (Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007).
Pemberian obat secara parenteral (berarti "di luar usus") biasanya dipilih bila didinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak di resepsi usus ( streptomisin) (Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007).
Umumnya rekayasa hewan digunakan untuk mengembangkan perlakuan medis baru untuk meningkatkan suplai makanan, dan dapat menghasilkan produk baru terkait dalam bidang kesehatan manusia. Hewan yang sering digunakan sebagai hewan penelitian biologi bidang kesehatan adalah mencit. Karena banyak memiliki kesamaan gen dan fisiologi yang sama dengan manusia (Nugroho, Endik Deni dan Dwi Anggorowati Rahayu.2017).
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan, dan menyediakan (Gunawan, sulistia gan.2016).









B. Maksud percobaan
Untuk mengetahui dan memahami cara pemberian obat secara parenteral mengenai itu farmakologi yang lebih cepat dengan efek terapi pada hewan uji mencit (Mus musculus).

C. Tujuan percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
a. Mengetahui teknik cara pemberian parenteral terhadap hewan uji.
b. Mengetahui dengan tepat obat telah masuk ke dalam pembuluh atau Cite target injeksi       
    organ hewan uji

D. Prinsip percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah melakukan penanganan terhadap hewan uji. Menghitung dosis obat suntik yang akan diberikan terhadap hewan uji mencit berdasarkan berat badannya, selanjutnya diberikan obat ondansetron terhadap mencit melalui rute intramuskular, dan diberikan obat lidokain melalui rute interteritorial.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Ringkas
             Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan      obat dengan seluruh aspeknya, baik Sifat kimiawi, maupun fisikanya, kegiatan fisiologi resorpsi dan nasibnya dalam organisme hidup. Untuk menyelidiki sama interaksi antara obat dalam tubuh manusia khususnya, serta penggunaan Pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis (Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007).
             Hewan penelitian yang akan dimanfaatkan hendaknya dipelihara dengan baik, termasuk kandang, makanan, air minum, transportasi, dan cara menanganinya sesuai tingkah laku dan kebutuhan biologis tiap spesies ( Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. 2008).
             Bentuk sediaan parenteral (di luar usus) dapat berupa larutan, suspensi, emulsi, dan serbuk steril dalam air atau minyak (Syamsuni, H. 2006).
             Keuntungan bentuk sediaan ini adalah terhindar dari perusakan obat atau inaktivasi dalam saluran gastrointestinal ; dapat digunakan bila obat sedikit diabsorpsi dalam saluran gastrointestinal sehingga obat tidak cukup untuk menimbulkan respon ; bila dikehendaki, dapat menghasilkan efek obat yang cepat (pada keadaan gawat) ; kadar obat yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan karena tidak ada atau sedikit sekali dosis obat yang berkurang ; dan dapat diberikan kepada penderita yang kesulitan menelan, misalnya karena muntah atau komah.
             Kerugian bentuk sediaan parenteral adalah efek toksik nya sulit dinetralkan bila terjadi kesalahan pemberian obat. Selain itu, harga obat nya lebih mahal daripada obat oral karena harus dibuat steril.
                     Untuk memperoleh efek yang lama atau kerja depo, bentuk sediaan dapat dibuat suspensi dalam minyak yang hanya dapat disuntikkan secara intramuskular (i.m), yaitu melalui otot ( Syamsuni, H. 2006).






Larutan parenteral/injeksi/injectiones
1. Larutan untuk anus larutan untuk anus (rektal)
        Lavement atau clysma atau enema adalah cairan yang pemakaiannya melalui rektum dan kolon yang gunanya untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik. Enema  yang dipakai untuk membersihkan atau sebagai penolong pada sembelit atau pembersih feses yang mengeras sebelum operasi tidak boleh mengandung zat lendir. Larutan yang digunakan untuk enema pembersihan antara lain larutan NaCl isotonis, Na-bikarbonat 2%, sabun sabun, Mg- sulfat, dan lain-lain. Biasanya clysma ini diberikan sebanyak 100 sampai 200 ml. Selain untuk pembersihan, enema juga dipakai untuk pengobatan misalnya untuk efek karminatif (terpenting), astringensia ( tawas, tanin ), emolen ( minyak lemak atau minyak mineral ), diagnostik ( Ba-sulfat), sedatif ( khlorhidrat, luminal-Na, paraldehid ), antelmintik (quassiae, Tanin), dan lain-lain. Dalam hal ini, untuk mengurangi kerja obat yang bersifat merangsang terhadap usus, dipakai basis berlendir misalnya mucilago amyli. Farmakope Indonesia menyatakan dosis maksimum juga berlaku untuk pemakaian melalui rektum (A. Syamsuni. H. 2006).
        Pemberian obat secara parenteral merupakan salah satu rute pemberian obat dimaksudkan untuk mendapatkan efek farmakologi yang lebih cepat dengan efek terapi yang dikehendaki (Tim penyusun. 2018).
        Terminologi PARENTERAL " di luar usus" tidak mengalami suatu proses farmakokinetik dalam saluran pencernaan tetapi langsung ke dalam sirkulasi darah. Obat yang disuntikkan dengan cara parenteral adalah suatu yang disuntikkan melalui lubang jarum yang runcing ke dalam tubuh pada berbagai tempat dan dengan keadaan bermacam ke dalam (Tim penyusun. 2018).
a. Subkutan (hipodermal). Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuskular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada pasien penyakit gula.
b. Intrakutan ( =di dalam kulit ) : absorpsi sangat lambat, misalnya injeksi tuberculin dari mantoux.
c. Intramuskuler (i.m). Dengan injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja dalam waktu 10 sampai 30 menit. Guna memperlambat resepsi dengan maksud memperlambat dan derajat pula memperpanjang kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, misalnya suspensi penisilin dan Hormon kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot bokong yang tidak memiliki banyak pembuluh dan saraf ( Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007).





d. Intravena (i.v). Injeksi ke dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat : dalam waktu 18 detik, tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai takaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
  Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan tergantungnya sapolo widadara dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini benda asing langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya Shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan dengan amat perlahan, antara 50 dan 70 detik lamanya
  Info status intravena dengan obat sering kali dilakukan di rumah sakit pada keadaan darurat atau dengan obat yang cepat metabolisme dan isinya guna mencapai kadar plasma yang tetap tinggi. Infus tetes intravena dengan obat seringkali dilakukan di rumah sakit pada keadaan darurat atau dengan obat yang cepat metabolisme dan isinya guna mencapai kadar plasma yang tetap tinggi. Bahaya trombosis timbul bila infus dilakukan terlampau sering pada satu tempat.
e. Intra-arteri. Injeksi ke pembuluh nadi ada kalanya dilakukan untuk "membanjiri" suatu organ, misalnya hati, obat yang sangat cepat di in aktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogen mustard.
f. Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang), intraperitoneal (ke dalam ruang selaput perut), intrapleural (selaput paru-paru), intrakardial (jantung) dan intraartikuler (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan  ( Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007).











B. Uraian Bahan
     1. Alkohol ( FI Edisi III hal 65 )
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
Rumus molekul : C2H6OH
Berat molekul : 46,07
Pemerian                       : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak ; bau khas ; rasa panas mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan                      : sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                     : Antiseptik










2. Aqua Pro Injectione ( FI Edisi III hal 97 )
Nama resmi : AQUA PRO INJECTIONE
Nama lain : Air untuk injeksi
Pemerian                        : keasaman-kebasaan ; Amonium ; besi ; tembaga ; timbal ; kalsium ; klorida ; nitrat ; sulfat ; zat teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada Aqua demineralisata
Penyimpanan                  : Dalam wadah tertutup kedap jika disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan
Kegunaan   : Untuk pembuatan injeksi













C. Uraian Hewan Uji
     Klasifikasi mencit
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus

Mencit ( Mus musculus ) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil, berwarna putih, memiliki siklus estrus yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus ) haruus senantiasa bersih, kering, dan jauh dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga kisaranya antara 18-19o ( serta kelembaban udara antara 30-70%. ( Isnaeni, wiwi. 2006 )







D. Uraian Sampel
     1. Lidodex ( ISO hal 66 )
Komposisi : Lidokain Hcl 50 mg/ml
Indikasi : Anestetika local
Kontraindikasi : Hipotensi
Dosis : 1 amp maksimal 2 ml

2. Ondensetron ( ISO hal 427 )
Komposisi : Ondesetron amp 2 mg/ml
Indikasi                       : penanggulangan mual dan muntah kerena kemoterapi dan radioterapi serta operasi
Dosis                           : 8 mg sebagai dosis tunggal melalui injeksi intramuskular atau infus intravena sebelumpelaksanaan kemoterapi.








BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan yang digunakan
1. Alat yang digunakan
             a. Erlenmeyer
             b.Gelas ukur
             c. Spoit 1 ml
             d. Timbangan

         2. Bahan yang digunakan
             a. Aqua Pro Injeksi
             b. Alkohol
             c. Kapas

          3. Sampel yang digunakan
              a. Obat lidocain
              b. Obat ondansetron
      c. Mencit ( Mus musculus )


B. Cara kerja
  1. Intramuscular
      a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
      b. Ditimbang berat hewan Uji mencit yang akan diberi perlakuan.
      c. Di hitung dosis Aqua Pro injeksi yang akan diberikan sesuai berat badan hewan uji mencit.
      d. Dilakukan penyuntikan secara intramuskular pada bagian belakang hewan uji mencit
          dengan obat ondansetron.

    2. Intraperitonial
        a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
        b. Ditimbang berat badan hewan uji mencit yang akan diberi perlakuan
        c. Di hitung dosis Aqua Pro injeksi yang akan diberikan sesuai berat badan hewan uji.
        d. Dilakukan penyuntikan secara intraperitoneal di sekitar rongga perut hewan uji dengan
            sudut kemiringan spuit kurang lebih 20 derajat menggunakan obat lidokain.
     










BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan
a. Intramuscular


No

Hewan Uji

Berat Badan

Dosis



1.


Mencit I

24,9

0,002 ml


2.


Mencit II

18,7

0,001 ml








        b. Intraperitoneal


No

Hewan Uji

Berat Badan

Dosis



1.


Mencit III

23,8

0,007 ml


2.


Mencit IIII

28,1

0,008 ml










BAB V
PEMBAHASAN

Pemberian obat secara parenteral adalah pemberian obat dengan cara disuntikkan melalui lubang jarum yang runcing kedalam tubuh pada berbagai tempat dan dengan bermacam-macam kedalaman. Beberapa cara yang biasanya dipakai pada pemberian parenteral adalah melalui rute intramuscular, intravena, dan intraperitoneal.

Pada praktikum ini, kita menggunakan hewan uji mencit untuk percobaan pemberian secara parenteral, adapun sampel yang digunakan yaitu obat ondansetron dan pada ondansetron dan pada ondansetron dan pada ondansetron dan pada ondansetron dan pada rute intramuscular sedangkan lidocain untuk rute intraperitoneal.

Pada percobaan ini, dilakukan pemberian obat terhadap mencit yang menggunakan alat bantu yaitu spoit 1 ml. pertama-tama ditimbang masing-masing mencit untuk mengetahui berat badannya, kemudian dihitung dosis yang tepat untuk diberikan berdasarkan berat badannya. Adapun berat badan masing-masing mencit yaitu mencit I 24,9 gram, berat badan mencit II 18,1 gram, berat badan mencit III 23,8 gram, dab berat badan mencit IIII 28,1 gram.

Pada percobaan ini, pemberian parenteral dilakukan dengan du acara yaitu melalui rute intramuscular dan rute intraperitoneal.


Pada pemberian secara intramuscular, digunakan mencit I dan II yaitu dengan cara pertama-tama dicukur bulu mencit disekitar paha, kemudian dibersihkan dengan menggunakan alkohol lalu disuntikkan spoit yang berisi obat ondansetron pada paha bagian belakang mencit sebanyak 0,002 ml pada mencit I dan 0,001 ml pada mencit II. Setelah itu, dilepaskan mencit dan diamati aktivitas mencit.

Pada pemberian secara intraperitonial, dilakukan pada mencit III yaitu dengan cara pertama-tama dicukur bulu pada sekitar rongga perut mencit, lalu dibersihkan dengan alkohol kemudian disuntikkan spoit yang berisi obat lidocain pada sekitar rongga perut hewan uji mencit dengann kemiringan spoit ± 20 derajat sebanyak 0,007 ml pada mencit III dan 0,008 ml pada mencit IIII. Setelah itu dilepaskan mencit pada kandangnya.

Faktor kesalahan dalam praktikum yang dilakukan yaitu :
               1. Terjadi kesalahan saat perhitungan dosis pada mencit
               2. Kesalahan saat penimbangan berat badan mencit.









BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada percobaan yang dilakukan pemberian obat secara parenteral dilakukan dengan menggunakan rute intramuskular dan rute intraperitoneal. Rute intramuskular dilakukan dengan menyuntikkan obat pada bagian paha bagian dalam pada mencit, sedangkan pada rute intraperitonial disuntikkan obat pada bagian rongga perut mencit dengan kemiringan 20 derajat.

       2. Pada pemberian secara intramuskular, digunakan obat ondansetron, sedangkan pada pemberian secara intraperitonial, digunakan obat lidocain.


B. Saran
     Kami sebagai praktikan mengharapkan agar bahan-bahan dilaboratorium dilengkapi, supaya praktikum dapat berjalan dengan baik.





DAFTAR PUSTAKA

A . Syamsuni,H . 2006 . Ilmu Resep  .  Jakarta :  EGC
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Gunawan , Sulistia Gan . 2016  .  FARMAKOLOGI DAN TERAPI . Jakarta : Departemen Farmakologi Terapeutik Fakultas kedoteran . Universitas Indonesia
Hanafiah , M . Jusuf dan Amri Amir . 2008 . Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan . Jakarta : EGC
Isnaeni , Wiwi . 2006 . FISIOLOGI HEWAN . Yogyakarta : Kanisius
Nugroho , Endik Deni dan Dwi Anggorowati Rahayu . 2017 . PENGANTAR BIOTEKNOLOGI ( Teori dan Aplikasi ). Yogyakarta : Deepublish
Syamsuni , H . 2006 . Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi . Jakarta : EGC
Tim Penyusun . 2018 . KIMIA FARMASI 1 . Makassar : Akademi Farmasi Sandi Karsa.
Tjay , Tan Hoan dan Kirana Rahardja .2007 . OBAT-OBAT PENTING . Jakarta : PT ELEX Media Komputindo.







LAMPIRAN

Perhitungan

Dosis untuk mencit = dosis manusia × FK
        = 1 ML × 0,0026
 = 0,0026

Mencit I         = BBM × 0.0026 = 24,9 × 0.0026 = 0.002 ml
           BBS     25

Mencit II         = BBM × 0.0026 = 18,7 × 0.0026 = 0.001 ml
           BBS     25

Mencit III         = BBM × 0.0026= 23,8 × 0.0026 = 0.007 ml
           BBS    20

Mencit IIII         = BBM × 0.0026= 28,1 × 0.0026 = 0.008 ml
           BBS    20


SKEMA KERJA

Dipegang ujung ekor mencit dengan tangan kanan

Dibiarkan mencit menjagkau atau mencengkram alas yang kasar atau kawat kandang

Tangan kiri dan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya se erat

Dipindahkan ekor jari tangan kanan

Dijepit antara jari kelingking dan jari manis dengan tangan kiri

Mencit siap diberi perlakuan





PERLAKUAN MENCIT

Ditimbang berat badan mencit

Diberi perlakuan pada mencit dengan pemberian parenteral menggunakan rute intramuscular

Ditimbang hewan uji mencit

                    Disuntikkan lidocaine menggunakan rute intraperitonial