LABORATORIUM
FARMAKOLOGI II
AKADEMI
FARMASI SANDI KARSA
MAKASSAR
PERCOBAAN III
"ANTI HISTAMIN"
OLEH :
KELOMPOK VI
(ENAM)
KELAS II.B
FARMA NIM : F-17073
RESTI NIM : F-17085
MELATI NIM : F-17092
NURMALASARI NIM : F-17083
NUR RAHMI NIM : F-17060
SUCI
RAMADHANI NIM : F-17087
AKADEMI
FARMASI SANDI KARSA
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi adalah ilmu
yang mempelajari efek-efek dari senyawa kimia pada jaringan hidup (Lee, joycel.
1996).
Antihistamin adalah obat
yang mengatakan histamin pada reseptor H1 sehingga disebut juga antagonis
reseptor H1. Secara farmakologis, antihistamin dikatakan bekerja secara antagonis
kompetitif yang reversible pada reseptor H1 sehingga dapat menghambat kerja
stamin pada reseptor tersebut, tetapi tidak membeli pelepasan histamin (Staf
pengajar Departemen farmakologi. 2008).
Antihistamin atau
penghambat H1, bersaing dengan histamin untuk menduduki reseptor, sehingga
menghambat respon histamin. Penghambat H1 disebut juga antagonis histamin. Ada
dua tipe reseptor histamin, H1 dan H2, keduanya menyebabkan Respon yang
berbeda. Bila H1 dirangsang, otot-otot yang melapisi rongga hidung, akan berkontraksi.
Pada perangsang H2, terjadi peningkatan sekresi gastrik, yang
menyebabkan terjadinya tukak lambung (Lee, Joyce L. 1996).
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan Farmasi yaitu ilmu
mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan, dan menyediakan obat (
farmakologi dan terapi. 2016).
B. Maksud, Tujuan, dan prinsip prinsip percobaan
1. Maksud percobaan
Untuk mengetahui dan
memahami efek pemberian obat antihistamin pada
hewan percobaan mencit (Mus
musculus).
2. Tujuan percobaan
a. Mengetahui efek dari
pemberian obat antihistamin
b. Mengetahui efek dari
pemberian infusa daun jambu biji sebagai obat herbal
antihistamin.
3. Prinsip percobaan
Membuat suspensi obat
Cetirizine dan na CMC sebagai kontrol positif dan
infusa daun jambu biji dengan
pemberian secara oral pada hewan uji mencit yang
telah di induksi dan diamati
efek antihistaminnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Ringkas
Antihistamin
adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang berlebihan
di dalam tubuh, dengan jalan memblok reseptornya. Atas dasar jenis reseptor
histamin, dibedakan 2 macam antihistaminika, yaitu :
1. Antihistaminika H1 (H1 blocker)
Zat ini menekan
reseptor H1 dengan efek terhadap penciutan bronchi, usus dan uterus, terhadap
ujung saraf dan untuk sebagian terhadap sistem pembuluh darah (vasodilatasi dan
naiknya permeabilitas). Kebanyakan antihistamin termasuk kelompok ini.
Selain daya
antihistaminika, obat-obat Ini kebanyakan memiliki khasiat lain yaitu
antikolinergik, menekan dan beberapa di antaranya antiserotonin dan lokal
anestesi. Berdasarkan efek tersebut, berdasarkan efek tersebut anti stiami
nikah ini banyak digunakan untuk mengatasi bermacam-macam gangguan, antara lain
asma yang bersifat alergi (Tim MGMP Pati. 2015).
2. Antihistaminika H2 (H2 blocker)
Menekan
reseptor H2 dengan Efi terhadap hipersekresi asam klorida dan untuk sebagian
terhadap vasodilatasi dan turunannya tekanan darah. Obat yang termasuk golongan
ini adalah Simetidin dan Ranitidin.
a. Penggolongan Antihistamin
Menurut struktur kimianya antihistaminika
dapat dibagi dalam beberapa kelompok :
1. Turunan
etanol amin (X=O)
Meliputi difenhidramin, dimenhidrinat, klorphenoksamin,
carbinoxamin dan
phenyltoloxamine. Kelompok ini memiliki
daya kerja seperti atropin dan bekerja
terhadap SSP (sedative).
2. Turunan
etilendiamin (X=N)
Di antaranya antazolin, tripelamin,
klemizol dan Mepirin. Kelompok ini umumnya
memiliki daya sedatif lemah.
3. Turunan
propilamin (X=C)
Diantaranya pheniramine, chlorpheniramine,
brompheniramine dan triprolidine.
Kelompok ini memiliki daya antihistaminika
kuat.
4. Turunan
piperazin
Meliputi siklizin, meklozin,
homoklorsiklizin, sinarizin, flunarizine, umumnya
bersifat long acting.
5. Turunan Fenotizin
Meliputi promethazine, Tuazinamidum,
oxomemazine, Metdilazin. Efek antihistamin dan antikolinergik tidak begitu
kuat, berdaya neuroleptik kuat sehingga digunakan pada keadaan psikologis
karena juga berefek meredakan batuk, maka sering digunakan dalam obat batuk (TIM
MGMP Pati. 2015).
6. Turunan
trisiklik lainnya
Meliputi siproheptadin, Azatadin, pizotofen.
Mempunyai daya antiserotonin kuat
dan menstimulir nafsu makan, maka banyak
digunakan untuk stimulan nafsu
makan.
7. Zat-zat
non sedatif
Yaitu terfenadin dan astemizol. Memiliki
daya antihistaminika tanpa efek
sedative.
8. Golongan
sisa
Yaitu mebhydroline, dimetinden, difenilpiralin
(TIM MGMP Pati. 2015).
B. Uraian Bahan
1. Air suling (FI
edisi III hal 96)
Nama
resmi : AQUA
DESTILLATA
Nama lain : Aquades, air suling
Rumus molekul
: H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : cairan jernih ; tidak berwarna ; tidak
berbau ; tidak mempunyai
rasa.
Penyimpan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pelarut
2. Natrium Klorida
(FI edisi III hal 403)
Nama resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain : Natrium klorida
Rumus molekul :
NaCl
Berat molekul : 58,43
Pemerian : Hablur hexahedral tidak berwarna
atau serbuk hablur putih ; tidak
berbau rasa asin.
Penyimpan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Penginduksi
C. Uraian Sampel
1. Klasifikasi tanaman jambu biji
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Magrolioptida
Ordo : Myrtales
Famili : Myetaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Morfologi :
Tumbuhan berbatang keras/kayu warna
coklat muda, dikotom, daun bertangkai, bertulang daun menyirip, berbuah dengan
kulit buah dan daging buah berwarna/putih. Biji buah kecil-kecil ( Sutrisna,
EM. 2016)
2. Cetirizine
Indikasi : Meredakan
gejala rhinitis alergi
Kontra indikasi : Hipersensitivitas
Dosis : Dewasa dan usia 12 tahun keatas : 1
tablet 1 kali sehari (ISO.2017).
D. Uraian hewan uji
Klasifikasi mencit
( Mus musculus)
Phylum : Chirdata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Morfologi :
Mencit (Mus musculus L.) Memiliki
ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil, berwarna putih, memiliki siklus estrus
teratur yaitu 4 sampai 5 hari. Kondisi ruang untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus
L.) Harus senantiasa bersih, kering dan jauh dari kebisingan. Suhu ruang
pemeliharaan juga harus dijaga kelestariannya antara 18-19°C serta kelembaban
udara antara 30-70% (Akbar, budhi. 2010).
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang
digunakan
Alat yang
digunakan yaitu batang pengaduk, gelas kimia, gunting, kanula, penangas air, spoit,
stopwatch dan timbangan.
2. Bahan yang
digunakan
Bahan yang
digunakan yaitu aquades (H2O), Cetirizine (C12H27C13N2O3), infusa daun jambu
biji (psidium guajava), methylene blue, natrium klorida (NaCl), dan ovalbumin (putih
telur).
B. Cara kerja
1. Di siapkan alat
dan bahan
2. Dilakukan
perlakuan pada hewan uji
3. Dibuat infusa
daun jambu biji 80% dan suspensi obat dengan na CMC 1%.
4. Mencet disuntik
dengan oral bumi sebanyak 0,05 mili sebagai penginduksi
ditambahkan
NaCl.
5. Disuntikkan
metilen blue sebanyak 0,2 ml pada masing-masing mencit.
6. Diberikan secara
oral sampel obat, NaCl dan infusa daun jambu biji kepada masing-
masing mencit.
7. Diamati dengan
interval waktu 5 menit selama 15 menit.
8. Dicatat hasil
pengamatan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel hasil pengamatan
No.
|
Pengujian
|
Berat mencit
|
Waktu pengamatan
|
||
5 menit
|
10 menit
|
15 menit
|
|||
1.
|
CMC 1% kontrol negatif
|
28,07 gram
|
Biru ringan
|
Biru terang
|
Biru gelap
|
2.
|
Infusa daun jambu biji 80%
|
29,81 gram
|
Berwarna biru terang
|
Sedikit berwarna biru
|
Sedikit berwarna biru
|
3.
|
Cetirizine kontrol positif
|
27,80 gram
|
Biru gelap
|
Biru terang
|
Tidak berwarna
|
BAB V
PEMBAHASAN
Histamin
dan serotonin didapatkan pada banyak jaringan, memiliki efek fisiologis dan
patologis yang kompleks melalui berbagai tipe reseptor, dan seringkali
dilepaskan setempat. Histamin bekerja dengan menduduki reseptor tertentu pada
sel yang terdapat pada permukaan membran.
Antihistamin
adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang berlebihan
di dalam tubuh dengan jalan memblok reseptornya.
Dalam
praktikum pertama-tama dibuat infusa daun jambu biji sebagai kontrol
menggunakan penangas air, danina sensi 1 gram yang dilarutkan dalam 100 mili
air panas serta suspensi obat cetirizin yang dihitung konversinya terlebih
dahulu, selanjutnya dilakukan perlakuan pada hewan uji mencit, setelah
dilakukan perlakuan disuntikkan 0,05 ml putih telur + NaCl pada subkutan untuk
induksi pada masing-masing mencit. Mencit 1 sebagai kontrol negatif, mencet2
sebagai kontrol positif (obat), dan mencit 3 sebagai kontrol untuk tanaman
herba, setelah diinduksi masing-masing diberikan metilen blue sebanyak 0,2 ml
pada masing-masing menjadi berikan interval waktu selama 5 menit dan diberikan
secara oral sampel obat, Na CMC dan infusa daun jambu biji. Diamati selama 15
menit.
Tujuan dari
praktikum adalah untuk mengetahui efek antihistamin yang diberikan pada hewan
uji, setelah diberikan penginduksi yang bertujuan untuk memberikan alergi pada
hewan uji tersebut juga disusul dengan memberikan antihistamin untuk memiliki
efek antihistamin tersebut pada hewan uji mencit.
Pada mencit 1
(kontrol negatif) diberikan NaCl 1% pada 5 menit tubuh mencit berwarna biru
terang berarti alergi ringan selanjutnya pada menit 10 alergi masih ringan pada
menit 15 berubah menjadi biru gelap alergi Barat atau semakin parah dan tidak
mengandung antihistamin. Jadi alergi yang terjadi pada meja semakin parah.
Pada mencit 2
(kontrol positif) diberikan antihistamin Cetirizine pada 5 menit berwarna biru
gelap yang berat alergi berat atau parah pada 10 menit biru terang alergi semakin
ringan dan pada 15 menit tidak berwarna artinya sudut tidak mengalami alergi
pada sampel obat-obatan sistem ini sangat bagus karena pada dasarnya mengandung
vitamin AH1 sebagai anti alergi.
Pada mencit 3
(infusa daun jambu biji) diberikan kepada mencit pada waktu 5 menit warna biru
terang alergi ringan dan pada menit 10 sedikit warna biru alergi ringan
begitupun pada menit 15, sampel infused tidak memiliki efek yang baik karena
seperti yang telah kita ketahui dalam satu tanaman herba banyak metabolisme sekunder
zat aktif yang terkandung di dalamnya, tidak seperti obat kimia pada umumnya
yang hanya memiliki satu zat aktif didalamnya.
Adapun faktor
kesalahan yang terjadi pada saat praktikum yaitu :
1. Adanya
kesalahan pada saat penimbangan bahan
2. Bahan yang
digunakan sudah kadaluarsa
3. Alat yang
digunakan tidak bersih
4. Adanya
kontaminasiadanya kontaminasi
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
praktikum dapat disimpulkan bahwa sampel obat memiliki efek antihistamin yang
baik, pada hewan uji mencit dibandingkan dengan infusa daun jambu biji dari
na-cmc hal ini dikarenakan sampai obat tetes memiliki zat antihistamin dan
infusa memiliki banyak zat yang terkandung di dalamnya dan bukan hanya satuan
vitamin saja. Hal ini yang menyebabkan infusa daun jambu biji tidak begitu
efektif dan pada Na CMC tidak memiliki efek antihistamin sama sekali.
B. Saran
Bimbingan
dari instruktur labolatorium masih sangat dibutuhkan, agar dalam praktikum
kesalahan dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Budi. 2010. Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif
yang berpotensi
sebagai bahan
antifertilitas. Jakarta : adabia press.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III.
Jakarta : Dirjen POM
Gun Gunawan Sulistia. 2016. Farmakologi dan terapeutik.
Jakarta : Universitas
Indonesia.
Hoan Tjay, Tan dan Kirana rahardja. 2007. Obat-obat penting.
Jakarta : PT Elex Media
komputindo.
Kasim Fauzi. 2017. ISO. Jakarta : PT. ISFI
Lee, joycel L. 1996. Pendekatan proses keperawatan. Jakarta :
EGC.
Michael Jackson. Neal. 2006. Farmakologi medis. Jakarta :
Erlangga.
Staf pengajar Departemen farmakologi. 2008. Farmakologi. Jakarta
: EGC.
Sutrisna, EM. 2016. Herbal medicine. Surakarta : Muhammadiyah
University press.
Tim MGMP Pati. 2015. Farmakologi jilid III. Yogyakarta : Dee
publish.
SKEMA KERJA
Di siapkan alat dan bahan
.
Dilakukan perlakuan pada hewan uji
Dibuat infusa daun jambu biji 80% dan
suspensi obat dengan Na CMC 1%
Mencet disuntik dengan albumin sebanyak
0,05 ml sebagai penginduksi ditambahkan NaCl
Disuntikkan methylene blue sebanyak
0,2 ml pada masing-masing mencit
Diberikan secara oral sampel obat, Na
CMC dan infusa daun jambu biji kepada masing-masing mencit.
Diamati dengan interval waktu 5 menit
selama 15 menit
Dicatat hasil pengamatan